Kamis, 13 November 2014

Kuas dan lukisan cerita

Kita layaknya bilahbilah bambu yang di rangkai dan digulung menjadi tikar ditakdirkan menyatu sampai rusak karena terus diinjak ataupun usang tergerus usia.

Mungkin bahasa kita berbeda atau mungkin memang kita saja yang tidak bisa saling bercerita. Kadang kita bisa saling tertawa sambil sampai perut ini begitu sakit tapi tak jarang kita saling memaki dan mengutuk dan berharap tidak pernah bertemu.

Iya.. Itu kita dengan semua kisahnya..

Kisah tentang lelaki gempal yang berusaha memikat pujaan hatinya, kisah tentang putri yang mau saja ditinggal dan terpisah ribuan mil berbatas lautan dan pulau.

Bila ibarat puzzle mungkin ini keping terakhir dari sebuah lukisan yang kita rangkai tetapi awal dari seluruh cerita dalam lukisan tersebut.

Aku ingin menggoreskan semuanya dalam lukisan itu.
Menggoreskan namamu dalam buku hijau kita kemudian suatu saat kau menyebut namaku sebagai imam mu di lauhul mahfudz.

Aku menggoreskan kuasnya kamu yang berbisik tentang ceritanya.

Untuk wanita ku Nur Hasanah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar