Senin, 17 November 2014

Senja di Kalimantan

Entah ini hari apa, bagiku sudah tak penting lagi
Ribuan malam pun rasanya sama saja bak penjara
Jangan kau tanyakan rasanya disapa matahari pagi, karena mungkin senyum nya terasa ketus.

Ini bukan lagi senja yang sama
Senja setahun lalu kala masi kudaki harapan harapan itu.
Senja setahun lalu kala masi ku untaikan harapan dalam doa

Ahhh..

Rasanya ingin pergi saja atau bahkan berlari, iya berlari dari kenyataan pahit ini.
Terdampar, terpenjara dan terbelenggu layaknya kera di penangkaran.

Senja di kalimantan yang tak lagi sama

Kamis, 13 November 2014

Kuas dan lukisan cerita

Kita layaknya bilahbilah bambu yang di rangkai dan digulung menjadi tikar ditakdirkan menyatu sampai rusak karena terus diinjak ataupun usang tergerus usia.

Mungkin bahasa kita berbeda atau mungkin memang kita saja yang tidak bisa saling bercerita. Kadang kita bisa saling tertawa sambil sampai perut ini begitu sakit tapi tak jarang kita saling memaki dan mengutuk dan berharap tidak pernah bertemu.

Iya.. Itu kita dengan semua kisahnya..

Kisah tentang lelaki gempal yang berusaha memikat pujaan hatinya, kisah tentang putri yang mau saja ditinggal dan terpisah ribuan mil berbatas lautan dan pulau.

Bila ibarat puzzle mungkin ini keping terakhir dari sebuah lukisan yang kita rangkai tetapi awal dari seluruh cerita dalam lukisan tersebut.

Aku ingin menggoreskan semuanya dalam lukisan itu.
Menggoreskan namamu dalam buku hijau kita kemudian suatu saat kau menyebut namaku sebagai imam mu di lauhul mahfudz.

Aku menggoreskan kuasnya kamu yang berbisik tentang ceritanya.

Untuk wanita ku Nur Hasanah.